Menurut sesepuh warga Desa Gading yang masih ada, mereka tidak mengetahui secara pasti mengenai Sejarah Desa Gading atau apa yang mendasari desa ini dinamakan Gading, rata-rata mereka menyampaikan bahwa istilah nama Desa Gading sudah ada semenjak mereka ada atau lahir dan mereka tidak pernah mendapat cerita secara pasti mengenai hal-hal yang berkaitan dengan nama Desa Gading.
Tetapi menurut para sesepuh desa juga, ada beberapa perkiraan mengenai hal-hal yang mendasari desa ini dinamakan Desa Gading, perkiraan tersebut antara lain :
Nama Gading sendiri berasal dari nama sebatang pohon Bambu yang berwarna kuning mirip dengan warna dari tanduk seekor binatang Gajah maka pohon bambu tersebut diberi nama oleh sesepuh masyarakat desa pada zaman itu bambu gading, karena pada zaman itu bambu gading tersebut banyak tumbuh di wilayah tersebut, sehingga sesepuh masyarakat sepakat wilayah ini diberi nama “DESA GADING” yang menghendaki agar desa ini bisa menjadi lebih jelas dan baik.
Hal tersebut disebabkan karena menurut cerita pada jaman Belanda, disekitar tempat ini merupakan pusat kegiatan Penjajah Belanda, yang mana disebelah uatara (saat ini merupakan Desa Ketegan) sebagai jalur utama Perhubungan Pemerintahan Onderan atau setingkat Kecamatan dengan Pemerintahan Onderan atau setingkat Kecamatan yang lain, dan disebelah selatan (saat ini Desa Penataan) merupakan pusat kegiatan ekonomi dan keramaian termasuk didalamnya kegiatan Perjudian dan Prostitusi.
Setelah masa Penjajahan Belanda habis para sesepuh masyarakat yang ada pada saat itu menghendaki agar tempat ini dan warganya ditata supaya bisa menjadi lebih baik..
Hal ini diperkuat dengan cerita pada saat itu Desa dipimpin oleh Bapak KUSNOTO dengan gelar NOTO WARGO, gelar tersebut mengandung arti NOTO artinya MENATA, WARGO artinya WARGA MASYARAKAT, jadi NOTOWARGO adalah pemimpin yang ingin menata desa agar warga masyarakatnya baik dan sejahtera. Dan saat itu Pemerintahan Desa Gading ( Kantor dan Pendoponya ) bertempat di Dusun Kurban yang mewakili 4 dusun yaitu : 1.Dusun Gading, 2.Dusun Balun, 3.Dusun Kurban, 4.Dusun Wedar, yang melawan Pemerintahan Belanda tetapi Bapak KUSNOTO harus menerima konsekwensinya, suatu saat beliau pergi keluar daerah untuk melaksanakan tugas sebagai pemimpin ditengah perjalanan beliau dihadang dan hajar oleh sekelompok orang (Akhirnya meninggal dunia di tempat itu juga), disebelah utara desa Gading, karena yang melakukan penganiayaan terhadap bapak KUSNOTO itu bisa dikatakan sangat sangat tegoan maka daerah tersebut diberi nama “DESA KETEGAN”
Kemudian kepemimpinan Desa dilanjutkan oleh Bapak MUKRIM ,namun pemerintahan bapak MUKRIM hanya seumur tanaman pohon jagung. Selanjutnya melalui pemilihan warga masyarakat Bapak KABUL SUTRISNO yang menurut warga masyarakat sangat pantas dan layak menjadi Pemimpin Desa saat itu, dalam kepemimipinan Bapak KABUL SUTRISNO sedikit demi sedikit desa Gading menjadi lebih baik , aman dan sejahtera. Bersamaan dengan berjalannya waktu bapak KABUL SUTRISNO menderita sakit yang sangat parah sehingga tidak tertolong jiwanya ( meninggal dunia ). Kemudian kepemimpinan Desa digantikan oleh Bapak H.YUSUF AFDENAN AL QODRIYADI melalui pemilihan warga masyarakat seperti halnya yang dilakukan oleh bapak KABUL SUTRISNO, Sejak saat itulah Pemerintahan Desa ( Kantor dan Pendopo ) dipindahkan keDusun GADING yang mewakili 4 dusun yaitu : 1.Dusun Gading, 2.Dusun Balun, 3.Dusun Kurban, 4.Dusun Wedar.
1. DusunGading
Menurut cerita pada zaman dulu di dusun ini masyarakat sedang melakukan keliling dusun menemukan bangkai seekor binatang Gajah, kemudian bangkai Gajah tersebut di potong potong menjadi empat bagian , kepala dan tanduknya ( gadingnya ) ditanam didusun Gading, maka Dusun tersebut diberi nama “Dusun Gading”.
2. Dusun Balun
Nama Balun diambil dari kata Balung ( Tulang ), karena balung (tulang )nya potongan dari bangkai tersebut ditanam di dusun itu maka dusun tersebut masyarakat sepakat memberi nama “ DUSUN BALUN “Menurut cerita pada jaman dahulu di tempat ini merupakan daerah yang sangat angker, sering terjadi warga masyarakat yang bekerja bercocok tanam didaerah sekitar situ pulang jatuh sakit, yang menurut kepercayaan warga masyarakat saat itu didaerah tersebut banyak dihuni makhluk makhluk halus ( jin atau sebangsanya ), untuk memindahkan makhluk halus tersebut menurut orang ahli dibidang itu supaya ditanamkan tulang ( balung ) Gajah.
3. Dusun Kurban
Menurut cerita pada zaman dahulu Kanjeng Pengeran (Seorang Tokoh di Daerah Pasuruan) mengadakan perjalanan dengan mengajak seorang Punokawan lalu singga di tempat ini, dan bertemu seorang Petani yang sedang resah melihat tanaman padinya selalu rusak, kemudian Kanjeng Pengeran menyuruh orang tersebut berkurban ternak : sapi, kambing atau hewan yang lain. Oleh orang tersebut perintah dari Kanjeng Pengeran disampaikan kepada seluruh warga masyarakat situ untuk melaksanakan kurban supaya apa yang menjadi keresahan warga masyarakat situ terobati dengan hasil pertanian yang cukup baik, maka dusun tersebut sepakat diberi nama “ DUSUN KURBAN “.
Guna mengatasi kondisi tersebut akhirnya warga setiap tahun melaksanakan Kurban dan mengadakan selamatan di tempat ini, yang tradisi ini dilestarikan terus oleh warga sampai saat ini.
4. Dusun Wedar
Menurut cerita pada zaman dulu setelah Kanjeng Pengeran meninggalkan dusun Kurban melanjutkan perjalanannya menuju ketimur karena sudah larut malam maka Kanjeng Pengeran berhenti untuk istirahat dibawah pohon, dista Kanjeng Pengeran sedang menikmati istirahatnya datang seorang laki- laki setengah tua berjalan tertatih tatih dengan memegang perutnya seraya berkata wedaran wedaran wedaran, Kanjeng Pengeran bingung melihatnya kemudian bertanya ; apa maksud dari yang kamu katakan tadi, wedaran itu artinya perut , jadi maksud saya menghadap Kanjeng Pengeran saya minta obat karena saya sakit perut, kemudian Kanjeng Pengeran menancapkan tongkatnya ketanah keluarlah air dari tancapan tongkat tersebut kemudian diambil air tersebut diberikan kepada orang itu untuk diminum, setelah minum orang tersebut merasa perutnya sudah tidak sakit lagi, dengan tersenyum berkata kepada Kanjeng Pengeran
“Matur suwun Wedaran kulo sampun waras “ dijawab oleh Kanjeng Pengeran sekaligus berpesan : iya sama sama dan tolong sampaikan pada warga sini karena kejadian ini berhubungan dengan wedaran maka berilah nama dusun ini adalah “ DUSUN WEDAR "
Desa Gading adalah bagian dari wilayah kecamatan Winongan Kabupaten Pasuruan dengan ketinggian kurang lebih dari 16 m diatas permukaan laut. Desa Gading adalah dataran yang secara administratif berbatasan dengan :